Minggu, 13 Januari 2013

Makalah Wawancara


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain hal. Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.

Setiap individu pasti menginginkan menikah, meski harus mencari waktu yang tepat untuk menikahi wanita atau pria yang ingin dinikahinya. Meski faktanya, amat sulit sekali menciptakan keluarga yang selalu harmonis seperti pertama kali mereka menginjak rumah tangga mereka untuk pertama kalinya.

Untuk meraih keluarga sakinah tidaklah mudah, penuh terjal dan berliku termasuk terjadinya konflik di dalam rumah tangga, jangan takut terjadi konflik karena itu bukanlah bahaya yang mengancam rumah tangga. Selama konflik dikelola dengan baik justru akan mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan di tengah keluarga, sebab konflik merupakan bagian dari proses belajar dan proses saling mendewasakan.

Namun tidak sedikit orang yang tidak mampu mempertahankan keluarganya bahkan rela menyakiti hati istri atau suaminya sendiri. Dan ini merupakan hal yang amat pasti dipertanyakan, kemanakah hati sang suami atau istri yang telah tega menyakiti pasangannya sendiri?

Dan dalam makalah ini, saya akan membahas tentang penyimpangan moral seorang suami yang tega menyakiti hati istrinya tanpa memikirkan perasaan istrinya sendiri.

B.     Rumusan Masalah
            Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang akan di bahas pada Bab pembahasas, ialah sebagai berikut:
·         Apakah arti dari pernikahan? Apakah hanya untuk main-main semata?
·         Bagaimana cara menghargai wanita?
·         Bagaimana peran seorang istri terhadap suami?
·         Untuk apa wawancara ini dilakukan?

C.     Tujuan Penulisan
                Dari permasalahan diatas, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, Tujuan disusunnya makalah ini adalah :
·         Untuk mengetahui lebih dalam bahwa pernikahan bukan hal yang main-main
·         Untuk mengetahui bagaimana lebih menghargai perasaan wanita
·         Agar menyadari betapa penting peran istri untuk suami
·         Sebagai tugas mata kuliah pendidikan pancasila

D.    Metode Penulisan
Metode dan teknik penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara wawancara secara langsung terhadap narasumber.




BAB II

ISI PEMBAHASAN

A.    Konflik keluarga
Sebuah keluarga merupakan masyarakat terkecil dalam suatu lingkungan. Kerena terdiri dari kepala keluarga, wakil keluarga dan anggotanya. Keharmonisan keluarga amat penting untuk membentuk keluarga yang sakinah, sehingga amat minim sekali pertengakaran antara suami istri jika keduanya mampu menempatkan posisi keharmonisan tersebut.

Saat memulai kehidupan berumah tangga, kita memiliki cita-cita yang sangat jelas. Suami dan isteri menatap masa depan yang tampak cerah. Sebagai keluarga baru, sangat kuat nuansa cinta. Hidup penuh warna, berbunga-bunga, semua serba terasa indah dan menyenangkan.

Namun seiring berjalannya waktu, kehidupan keluarga bisa mengalami disorientasi. Kadang terasa melingkar-lingkar di jalan, seperti tidak memiliki tujuan. Hidup sebatas memenuhi kewajiban. Cinta yang dulu demikian kuat, sekarang tampak berkarat. Kehangatan yang dulu demikian lekat, sekarang memudar dan bahkan cenderung muncul kebekuan yang amat sangat.

Keluarga berjalan tanpa arah tujuan. Suami dan isteri berada dalam suasana saling asing. Masing-masing sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang menyita sebagian besar waktu dan perhatian. Ketemu di rumah hanya sebentar, berbasa-basi, dan akhirnya pergi beraktivitas lagi. Begitulah ritme rutin setiap hari.

Jika kondisi seperti ini dipertahankan setiap hari, akan bisa semakin menggerus kehangatan cinta suami isteri. Keluarga bisa mengalami penyimpangan dan disorientasi, karena tidak ada mekanisme penjagaan di dalam. Oleh karena itulah diperlukan sejumlah cara dan upaya agar rumah tangga kita terhindar dari penyimpangan dan disorientasi.

Tidak sedikit retaknya rumah tangga dikarenakan orang ketiga, namun saya menemukan kejadian yang sungguh menakjubkan diseberang rumah yang saya tinggali sekarang.

Dengan percaya dirinya sang suami membawa wanita lain kerumahnya tanpa memikirkan perasaan istrinya, istri mana yang rela melihat suaminya digandeng wanita lain apalagi untuk tinggal satu atap dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang kuat melihatnya.

Namun tetangga saya yang wanita ini patut diacungi jempol, sebagai istri dia tidak berontak melihat suaminya membawa wanita lain kerumahnya, bahkan ia persiapkan kamar untuk tidur wanita yang dibawa suaminya. Memang tidak terlalu cantik seperti dirinya. Sebenarnya istrinya lebih cantik dibanding wanita yang dibawanya, hanya saja istrinya kurang pintar merawat diri dan bersolek sebagaimana ibu-ibu yang lain.

Istrinya hanya diam tanpa kata ketika suaminya melihat menggandeng wanita lain, cinta dihatinya mungkin masih ada, buktinya ia masih mau merawat suaminya seperti memasak untuk suaminya, mencuci bajunya, dan lain sebagainya.

Dan apa yang terjadi sama anak-anaknya? Anak-anaknya masih amatlah kecil untuk mengerti perasaan ibunya sendiri, mereka tidak mengerti apa itu perselingkuhan atau yang lainnya, yang mereka tahu wanita yang ayahnya bawa adalah tante mereka yang akan menemani mereka bermain.

Kehidupan memang tidak terlepas dari perasaaan, namun perasaan wanita amatlah peka, wanita sangat mudah menumpahkan airmata tanpa memerdulikan lingkungan sekitar, tidak terlepas juga istri yang saya wawancarai, walau saya tidak pernah melihatnya menitikkan airmata, tapi saya yakin jauh dilubuk hatinya pasti ia menangis.
.

B.     Keluarga narasumber

Narasumber yang saya wawancarai merupakan seorang suami dari salah satu tetangga saya, ia memiliki dua orang anak perempuan yang sangat cantik menurut saya, ia berasal  dari Palembang yang bekerja disalah satu perusahaan yang ada di serang, ia memang menduduki posisi yang enak di perusahaan tersebut.
Untuk lebih jelasnya, simak wawancara saya dengan beliau!

Kapan bapak bertemu dengan istri bapak?
      Saya bertemu dengan istri saya 12 tahun yang lalu, ketika saya bekerja disalah satu satu perusahaan besar disini. Waktu itu saya bersama teman saya lagi jalan-jalan keliling daerah sini, lalu saya ketemu dia lagi jalan sama temannya diroyal, yaudah akhirnya kami kenalan. Hehee…

Berapa lama bapak pacaran sama istri bapak?
      Saya sih gak terlalu suka pacaran lama-lama yaa.. kayak orang kan sampai 5 tahun atau 4 tahun, saya Cuma 1 tahun juga kurang langsung saya lamar orangnya, haha.. biar enak gitu neng ngapa-ngapainnya.

Apa motifasi bapak untuk menikahi wanita yang menjadi istri bapak sekarang?
      Motifasi? Sebenernya sih Cuma 1, ya saya sayang sama dia, dia juga sayang sama saya. Sama-sama suka gitu intinya, terus orangtua juga nyetujui yaudah saya lamar aja langsung. Biar gak ada yang ngambil duluan gitu.

Apa bapak mencintai istri bapak?
      Ya, saya mencintainya. Dari dulu hingga sekarang. Namun cinta saya yang sekarang mungkin agak gimana yaa…. Ya gak kayak dulu gitu. Sekarang-sekarang saya malah sering jalan sama wanita lain, bahkan ada yang saya bawa kerumah. Haha..

Kenapa bapak membawa wanita lain kerumah bapak?
      Ya emang kenapa? Saya punya hak untuk membawa siapapun kerumah saya, wong rumah saya kok. Kalau istri saya gak suka, saya gak bakal kasih uang bulanan buat dia. Toh saya sudah ada perjanjian sama dia.

Kalau boleh tahu perjanjian apa ya?
      Dua bulan yang lalu saya mengalami penyakit yang mengharuskan saya operasi. Ketika saya akan dioperasi, saya meminta kepada istri saya untuk menjalankan permintaan saya sebelum operasi. Saya bilang ke istri saya “mah, kalau setelah operasi saya selamat, saya boleh nikah lagi yaa..” dan istri saya bilang iya. Wahh, itu sih serasa saya punya kekuatan baru untuk menjalani operasi. Makanya jangan heran kalau saya bawa wanita lain kerumah. Dia gak bakalan bisa ngelak buat ingkar janji.

Kenapa bapak meminta menikah lagi, apakah bapak berniat menceraikan istri bapak?
      Kenapa ya? Sebenarnya saya sih ngerasa bosen saja gitu, dulu saya tuh dibilang play boy, tapi saya sih gak ngerasa. Udah gitu sekarang istri saya tuh kurang bisa merawat diri, lihat deh emang kamu lihat dia dandan gitu sehari-harinya? Dia mau dandan kalau saya paksa, baru dia mau. Jadinya saya pengen nyari yang seger-seger lagi gitu, hehe.. tapi saya gak mau menceraikan istri saya, saya memang menyanyangi dia, saya Cuma pengen nyari yang have fun saja, dan saya gak bakalan menceraikan istri saya, dia akan tetap menjadi istri saya.

Apa bapak tidak memikirkan perasaan istri bapak?
      Yaa.. saya sih enjoy aja, kalau istri saya emang saying sama saya, dia pasti nerima lah, walaupun mungkin dia sakit hati, tapi saya udah Tanya kok sama istri saya, saya boleh gak bawa wanita lain kesini? Dan dia jawab gak apa-apa. Yaudah, berarti istri saya juga sudah mengizinkan dong. Ngapain repot-repot sampai orang juga pada rebut saya bawa wanita lain kerumah saya.




Lalu bagaimana dengan anak-anak bapak?
      Anak-anak seneng-seneng saja tuh, malah mereka ada temen main baru. Istri saya juga ada yang bantuin buat cuci piring atau apalah, nah kalau malam baru buat saya. Haha..

Apa bapak akan menikahi wanita itu?
      Hmm… belum tahu yaa..  belum ada rencana, kita lihat saja lah nanti. Hehe..

Apa kekurangan istri bapak sehingga bapak meminta menikah lagi?
      Semua orang juga pasti banyak kekurangan, tapi yang saya tahu wanita itu senang dandang atau bersolek gitu ya, tapi lihat deh istri saya, ya seenggaknya kalau ada saya dirumah agak rapihan gitu neng, minimal pakai bedaklah, jangan terlalu kusam-kusam amat, jadinya ya saya nyari yang lebih fresh gitu biar sayanya gak keikut kusam juga.




















BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pernikahan bukanlah hal yang main-main. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.

Kesimpulan dari observasi saya, bahwa sang suami merasa karena sudah ada perjanjian dengan istrinya, jadi dia tidak merasa bersalah membawa wanita lain, dan istrinya pun tidak bisa berbuat apa-apa karena ia sudah terlanjur janji kepada suaminya untuk mengizinkannya menikah lagi.

B.     Saran
·         Menjadi seorang istri haruslah pintar bersolek diri, agar suami tidak akan melihat rumput tetangga yang lebih hijau.
·         Menjadi suami haruslah bisa menghargai perasaan istri, jika ada kekurangan sampaikanlah dengan bijak, agar sang istri bisa memperbaikinya.










DAFTAR REFERENSI

Sofyan S. Willis, 2011, konseling keluarga, Alfabeta, Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar